
Harga Terong di Indonesia Tahun 2025: Dinamika Pasar dan Faktor Penentu
Terong, salah satu komoditas sayuran penting di Indonesia, memainkan peran besar dalam konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan industri kuliner. Pada tahun 2025, harga terong di berbagai daerah di Indonesia mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari cuaca ekstrem, biaya produksi, hingga dinamika pasar regional dan global.
Rata-Rata Harga Terong Nasional
Memasuki kuartal pertama 2025, harga terong ungu—jenis yang paling umum dikonsumsi masyarakat Indonesia—berkisar antara Rp8.000 hingga Rp12.000 per kilogram di tingkat konsumen. Di beberapa pasar tradisional seperti Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, harga grosir tercatat di angka Rp6.000 hingga Rp7.500/kg tergantung kualitas dan ukuran.
Sementara itu, di wilayah Indonesia Timur seperti Nusa Tenggara dan Papua, harga terong bisa mencapai Rp14.000/kg, disebabkan oleh biaya distribusi yang lebih tinggi dan keterbatasan pasokan lokal.
Faktor Penyebab Kenaikan Harga
Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan harga terong relatif tinggi pada tahun ini:
-
Perubahan Iklim dan Gangguan Cuaca
Musim hujan yang lebih panjang dari biasanya menyebabkan banyak petani gagal panen. Terong termasuk tanaman yang sensitif terhadap kelembaban tinggi, sehingga mudah terserang hama seperti lalat buah dan penyakit busuk batang. Hal ini menurunkan jumlah pasokan ke pasar. -
Kenaikan Biaya Produksi
Harga pupuk dan pestisida mengalami situs rajazeus kenaikan sejak akhir 2024, seiring dengan kenaikan harga energi global. Petani kecil pun terpaksa mengurangi skala produksi karena biaya input yang meningkat, menyebabkan pasokan turun di beberapa sentra produksi utama seperti Brebes, Klaten, dan Cirebon. -
Keterbatasan Infrastruktur Distribusi
Di beberapa daerah, keterbatasan infrastruktur jalan dan minimnya fasilitas penyimpanan menyebabkan distribusi hasil panen tidak efisien. Terong yang rusak selama pengiriman akhirnya meningkatkan tingkat kerugian dan mendorong kenaikan harga eceran.
Upaya Pemerintah dan Petani
Kementerian Pertanian RI telah merespons isu ini dengan mendorong penggunaan benih unggul tahan hama serta penerapan sistem pertanian presisi. Selain itu, program subsidi pupuk yang lebih tepat sasaran tengah disosialisasikan untuk membantu petani skala kecil mempertahankan produksi.
Di sisi lain, beberapa koperasi petani mulai menjajaki sistem pemasaran digital untuk memotong rantai distribusi dan menjual langsung ke konsumen, sehingga harga tetap stabil dan margin keuntungan lebih besar.
Prediksi Harga dan Harapan ke Depan
Jika cuaca membaik dan distribusi subsidi pertanian berjalan lancar, harga terong diprediksi akan kembali stabil di kisaran Rp7.000–Rp9.000/kg pada pertengahan hingga akhir 2025. Namun, volatilitas pasar tetap perlu diwaspadai, terutama jika gangguan iklim terus berlanjut.
BACA JUGA: Harga Cabai Mei 2025: Tren Penurunan di Tengah Ketidakpastian Pasar